NEW UPDATE

Setengah dariku,adalah milikmu ( part 2 )

merpati putih terbang menggeliat melintasi
di sela-sela pepohonan coklat tua yang membasi
tak lagi rindang, tak lagi menghidupi
sepasang merpati menangis ditepian hari

inilah setengah dariku
berat kupikul julukan agungmu
berulang langkah pun membeku
menunggu setengah darimu

pertanyakan hati, membelah raga
patutkah ku menjadi mp
menilik diri, membedah suksma
pantaskah yang kelabu menjadi mp

duh elang pendaki sang suar hati
bimbing hamba menuju damai dalam kasih suci
duh harimau pengelana sang guru kalbu
tunjukkan hamba jalan menuju mokhsa yang satu
duh beruang penanti sang pendekar kata
ajari hamba mengukir sabar jauhi petaka

inilah setengah dariku
bilakah kan ku dapatkan
setengah darimu

dalam hatiku menyatu cintamu
setengah hidupku dan setengahnya milikmu

dan berbicaralah dalam puisi bukan emosi
maka bersatulah dengan hati
dalam setengah dan setengah
dan sadarlah akan misteri bukan fiksi

aku seorang pencari
dan kamu yang memberi

memang hanya kayu terpanggang
terdengar di samping jalan
raga sukar meregang
terayun-ayun nyata dengan angan

separuh mencurah
sebagian membuncah

melati putih merpati kipas
selayak nyala atau cahaya yang bebas
jejak hitam, dengan putih yang bernafas
pada merpati, bentuk pemberi seputih kapas

rona langit yang senja dan [ber]semu kemerahan
menyemburkan warna yang hitam dan keunguan

disitulah tempat kita bersulang
titik itulah tempat kita akan datang
bertaut dalam satu,pada bintang yang paling terang

pada kayu itu kamu berseru
pada kata ini aku terdiam
pada titik seru kau membeku
pada jejak ini aku menghitam

dalam separuh itu warna yang tampak
dalam sebagian itu warna yang menapak
pada suara berkehendak
pada malu yang menyeruak

sejak suara sakit hati
kupanjati laksaan do'a
mulai ku untai baris puisi
untuk wanita yang aku cintai

betapa aku ini hanya mencoba menulisi
pada bentuk yang jauh dari sastra murni
sehingga pena buta ini
melakukan tugasnya
sekedar pelengkap dari kata yang menginspirasi

inspirasi
kian berfluktuasi

pada masanya
dan itu masa kita
pada makar itu
pada makar yang tabu

cinta ini sudah waktunya
kembali pada semula
kenangan yang kembali
revolusi cinta sekali lagi

Berdua kita bicara
satu dalam jiwa
saling menatap
dan akhirnya sepakat
bahwa sajak adalah hidup
misteri yang tak kunjung usai

Kawan senama dalam kata
saling bertukar rasa
kamu,aku dan cinta
Bersama kita bicara
satu dalam jiwa

betapa waktu menjadi bukti
betapa mentari menjadi saksi
pada tilas cinta kita ini
pada tapak yang menjejak bumi

ini adalah persembahan istimewa
walau hanya kata sederhana
jabat erat tiada retak
benang ikatan pada benak

kita adalah putih yang membara
kita pula hitam tiada biasa
kita selaksa abu-abu yang menjaga
pilar kata-kata

pusaka para pujangga
dengan segenap cinta