NEW UPDATE

080609.sara

Kembali ke ALLAH

Hidup adalah ibadah
Dalam ayat-Nya Allah berfirman,
Wama kholaqtul jinna wal insa illa liya’bududun
Lama aku tidak percaya dengan ayat ini
Fikirku aku hanya disuruh shalat, puasa dan dzikir
Apalagi ketika aku berfikir tentang ayat,
Wa’bud robbaka hatta ya’tiyakal yakin,
Mungkin, aku tidak sanggup untuk beribadah terus menerus…
Aku bingung
Aku takut
Aku lari dari pendapatku sendiri

Suatu hari aku bertanya kepada ustadz'ku
ustadz'ku mengatakan, “Tidak salah pendapatmu, tapi kurang”.
Ketahuilah…..
Dalam ayat lain Allah juga berfirman
Wala tansa nasibaka minaddunya
Dan La yukallifullahu nafsan illa wus’aha
Jelas Allah tidak hanya menyuruh kita untuk sholat dan puasa
Allah juga menyuruh kita untuk mencari dunia
Bahkan Allah melarang kita untuk membebani diri kita dengan beban yang berat
Sehingga kita tidak mampu memikulnya
Walaupun itu ibadah

Ketauhillah…..
Ibadah itu bukan bentuk lahirnya
Banyak perkara dunia yang berubah menjadi amal dunia karena niat
Banyak perkara yang kadang menurut kita tidak ada nilainya tetapi
Disisi Allah sangat berharga
Engkau makan,minum, tidur, cari nafkah, menikah
Tetapi di niati untuk menguatkan ibadah
Itulah arti Wama kholaqtul jinna wal insa illa liyakbudun
Dan engkau dapat istiqomah sholat, puasa, dzikir
Dengan bantuan makan, minum dan menikah
Itulah arti Wa’bud robbaka hatta ya’tiyakal yaqin
Jika engkau sholat, puasa tetapi tidak makan dan minum
Pasti engkau akan mati
bukankah ini bunuh diri dan jelas tidak ibadah ?
Engkau hanya sholat, puasa dan dzikir tetapi tidak menikah
Sehingga suatu ketika terjerumus zina, apakah arti semua ibadahmu ?

Ingatlah Allah pencipta manusia dengan ukuran dan aturan
Janganlah engkau mempertahankan kebodohanmu
Janganlah engkau hancur hanya karena pemahamanmu yang salah
Dan ingatlah pesan Allah Alladzina yastami’unal qoula
Fayattabi’una ahsanah…..
Orang-orang yang mendengarkan pendapat
Kemudian mengikuti pendapat yang paling bagus
Merekalah yang diberi petunjuk Allah
Dan merekalah orang-orang yang beruntung…..
insya Allah,...

Amal-amal Shaleh seorang muslimah

1. Hindarilah sikap kurang puas dan perbanyaklah diam.

Allah berfirman:
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan orang yang menyeru manusia memberikan sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (An Nisa 114)

Ketahuilah wahai saudariku, di setiap saat dan setiap tempat ada yang senantiasa memperhatikan dan mencatat setiap ucapanmu.

“Seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf 17- 18)

Karena itu, wahai saudariku berbicaralah hanya yang pantas-pantas saja. Ringkaskan ucapanmu, serta cukuplah hingga sesuai dengan maksud pembicaraanmu.
2. Bacalah Al-Qur’an Al-Karim dan buat jadwal harian untuk tadaarus serta usahakan menghafalnya semampumu agar engkau mendapat pahala yang besar di hari kiamat nanti.

Abdullah bin Umar Ra meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW berbeda: Kepada yang senang membaca Al- Qur’ an di hari kiamat nanti dikatakan: “Bacalah dan perbaikilah bacaanmu sebagaimana yang telah kamu kerjakan di dunia dahulu, maka sesungguhnya kedudukanmu itu tergantung kepada akhir ayat yang sedang kamu baca itu.” (HR- Tirmidzi)

3. Bukanlah merupakan suatu kebaikan apabila kamu berbicara dan selalu berkomentar terhadap setiap hal yang kamu dengar, sebab hal itu dapat menjatuhkanmu ke dalam kebohongan.

Abu Huraifah Ra berkata bahwa Nabi Muhammad Saw : “Cukuplah bagi orang itu disebut pembohong jika ia berbicara dengan setiap apa yang ia dengar.” (HR. Muslim).

4. Jauhilah sifat sombong dan membanggakan diri dengan sesuatu yang tidak kamu punyai dengan tujuan memperbanyak harta dan mendapat ketenaran di mata manusia.

Aisyah Ra, meriwayatkan bahwa seorang wanita bertanya kepada Rasulullah SAW : “Bolehkah saya mengatakan bahwa suami saya telah memberikan sesuatu padahal dia tidak memberikan sesuatu kepadaku?” Rasulullah lalu bersabda : “Orang yang menyiarkan tentang apa yang tidak dia terirna (pemberian) bagaikan orang yang memakai dua baju kebohongan.” (Muttafaq alaihi) .

5. Dzikrullah itu mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan

seorang muslim, baik dilihat secara ruhaniyah, kejiwaan, jasmani maupun sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu jagalah, wahai saudaraku, ingatlah kepada Allah Ta’ala setiap saat walau bagaimanapun keadaannya. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah memuji hamba-hamba-Nya yang mukhlis.

Firman-Nya:
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah swt baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring.” (Ali Imran 191).

Abdullah bin Basar Ra pernah menyebutkan bahwa ada seorang laki-laki berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya syariat Islam itu telah cukup banyak dalam pandangan saya, untuk itu beritahu saya dengan sesuatu yang bisa saya jadikan pegangan.” bersabda Rasulullah: “Lidahmu itu akan terus basah dengan berdzikir kepada Allah.” (HR. Tinnidzi).

6. Jika kamu ingin berbicara, maka jauhilah dari membesar-besarkan diri, bermanis-manis kata dan terlena dalam buaian kata. sebab itu merupakan sifat yang dibenci oleh Rasulullah SAW.

Beliau bersabda :
“Sesungguhnya sesuatu yang paling saya benci dan paling jauh posisinya dariku pada hari kiamat adalah mereka yang banyak bicara, angkuh dalam berucap dan besar mulut.” (HR. Tarmidzi).

7. Jadikanlah pribadi Rasulullah SAW sufi teladan yang baik.

Di antaranya banyak diam, berpikir dan tidak banyak tertawa, apalagi sampai hanyut di dalamnya.

Sammak berkata, “Saya bertanya kepada Jabir bin Samirah: Apakah dulu kamu selalu hadir dalam majelis Rasulullah?” Jabir bin Samirah menjawab, “Benar , beliau banyak diam dan sedikit tertawa. Pernah sahabatnya membaca syair dan saling betukar pikiran tentang masalah mereka, kemudian mereka tertawa, tapi Rasulullah hanya tersenyum saja.” (HR. Ahmad).

Jadikanlah ucapanmu selalu condong kepada kebajikan. Jika tidak, maka diammu itu lebih baik. Bersabda Rasulullah Saw:
“Barangsiapa yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik, atau (kalau tidak bisa) diamlah.” (AR. Bukhari)

8. Jangan memotong pembicaraan orang, membatasi atau meremehkannya. Jadilah pendengar yang baik. Bantahlah mereka dengan uslub (metode) yang baik sebagai cermin dari kepribadian.

9. Hindari segala bentuk celaan, menggunjing, atau membicarakan aib orang lain.

“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mencela kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang dicela itu) lebih baik dari mereka (yang mencela). Dan begitu pula wanita terhadap wanita lainnya, boleh jadi wanita yang dicela tadi lebih baik dari wanita yang mencela.” (Al Hujaraat 11)

Bersabda Rasulullah SAW :
“Seorang muslim itu saudara bagi muslim lainnya dia tidak menzaliminya, tidak mengecewakannya. juga tidak pula menghinanya. Maka cukuplah seorang itu digolongkan dalam keburukan bila ia menghina saudaranya yang muslim.” (HR. Muslim).

10. Jika kamu mendengar bacaan AI Qur’an Al Karim, maka hentikanlah segala pembicaraan bagaimanapun pentingnya. sebagai rasa hormat terhadap Kalamullah. dan juga sebagai pelaksanaan perintah-Nya.

“Dan apabila AI Qur.an dibacakan maka dengarkanlah dan perhatikan dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (Al A’raf 204).

11. Pandai-pandailah dalam memilih kata sebelum ke luar dari mulutmu. Jagalah perkataanmu agar tetap bersih. cocok dan sesuai dengan kebenaran, jauh dari keburukan, serta tidak menimbulkan kemurkaan Allah Ta’ala. karena setiap kata mempunyai tanggung jawab yang besar. Berapa banyak kata yang bisa menyebabkan si pembicaranya masuk surga, dan berapa banyak pula kata yang memasukkan orangnya ke dasar neraka jahannam.

Abu Hurairah Ra berkata Nabi Muhammad SA W bersabda: “Seorang hamba yang jika berbicara semata-mata yang diridhoi Allah dan seolah-olah tidak dihiraukan orang, maka Allah akan mengangkat derajatnya. Namun seorang hamba berbicara dengan ucapan yang dibenci Allah seolah-olah tidak dihiraukan orang, maka ucapan itu akan membawanya ke neraka jahannam.” (HR. Bukhari).

Mu’adz Ra bertanya kepada Nabi Saw :
“Ya Rasulullah, apakah kita bertanggung jawab terhadap semua yang kita ucapkan?” Rasulullah Saw menjawab: “Ibumu pasti kehilangan kamu, wahai Mu’adz! Tidaklah manusia itu ditelungkupkan wajahnya ke dalam neraka kecuali karena tergelincimya lidah (akibat ucapan) mereka.” (HR. Turmudzi).

12. Gunakanlah lidahmu yang merupakan nikmat Allah yang agung bagimu untuk amar makruf nahi munkar dan dakwah kepada kebajikan.

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (An Nisa 114)

13. Wahai saudariku muslimah, belajar (menuntut ilmu) itu merupakan hal yang terpuji dan mulia.

Syifa’ binti Abdillah berkata, Nabi Saw pernah masuk ke dalam rumah ketika saya berada di rumah Hafsah, kemudian beliau bertanya kepada saya, ” Apakah kamu tidak mengajari ini (yakni Hafsah) penangkal seekor semut sebagaimana kamu telah mengajarinya tulis menulis?” (HR. Ahmad).

14. Maksud dan tujuan menuntut ilmu itu bukan hanya untuk memperoleh ijazah. untuk mendapatkan pekerjaan atau status sosial, tapi untuk mengetahui berbagai urusan agama. hukum-hukumnya dan memperbaiki bacaan Al-Qur’an Al-Karim sehingga seorang wanita dapat beribadah kepada Robb-nya dengan dasar pemahaman yang jelas. Seperti diketahui, salah satu tujuan menuntut ilmu adalah untuk menelaah teori belajar yang tepat sebagaimana yang tercermin dalam kehidupan Rasulullah Saw, para sahabat dan para pendahulu umat ini, agar kita hidup dalam kebahagiaan dan ketenangan.

15. Jauhilah setiap celaan. Jangan bersikap sombong terhadap orang lain dalam menuntut ilmu. dan jadikanlah sifat tawadhu (rendah hati) cermin pribadimu agar prestasimu bisa maju dan naik. Kalau tidak demikian maka niscaya ilmumu akan membawa bencana bagimu.

Ka’ ab bin Malik Ra berkata, Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa menuntut ilmu karena untuk bersaing dengan para alim atau karena hendak membantah orang-orang bodoh dan karena mau menarik perhatian manusia kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.” (HR. Tirmidzi).

Jangan Tangisi Apa Yang Bukan Milikmu

Dalam perjalanan hidup ini seringkali kita merasa kecewa. Kecewa sekali. Sesuatu yang luput dari genggaman, keinginan yang tidak tercapai, kenyataan yang tidak sesuai harapan. Akhirnya angan ini lelah berandai-andai ria. Sungguh semua itu telah hadirkan nelangsa yang begitu menggelora dalam jiwa.

Dan sungguh sangat beruntung andai dalam saat-saat terguncangnya jiwa, masih ada setitik cahaya dalam kalbu untuk merenungi kebenaran. Masih ada kekuatan untuk melangkahkan kaki menuju majlis-majlis ilmu, majlis-majlis dzikir yang akan mengantarkan pada ketenteraman jiwa.

Hidup ini ibarat belantara. Tempat kita mengejar berbagai keinginan. Dan memang manusia diciptakan mempunyai kehendak, mempunyai keinginan. Tetapi tidak setiap yang kita inginkan bisa terbukti, tidak setiap yang kita mahu bisa tercapai. Dan tidak mudah menyadari bahwa apa yang bukan menjadi hak kita tak perlu kita tangisi. Banyak orang yang tidak sadar bahwa hidup ini tidak punya satu hukum: harus sukses, harus bahagia atau harus-harus yang lain.

Betapa banyak orang yang sukses tetapi lupa bahwa sejatinya itu semua pemberian Allah hingga membuatnya sombong dan bertindak sewenang-wenang. Begitu juga kegagalan sering tidak dihadapi dengan benar. Padahal dimensi tauhid dari kegagalan adalah tidak tercapainya apa yang memang bukan hak kita. Padahal hakekat kegagalan adalah tidak terengkuhnya apa yang memang bukan hak kita.

Apa yang memang menjadi jatah kita di dunia, entah itu rizki, jabatan atau kedudukan, pasti akan Allah sampaikan. Tetapi apa yang memang bukan milik kita, ia tidak akan kita bisa miliki. Meski ia nyaris menghampiri kita, meski kita mati-matian mengusahakannya.

"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berdukacita terhadap
apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.." (al-Hadiid: 22-23)

Demikian juga bagi yang sedang galau terhadap jodoh. Kadang kita tak sadar mendikte Allah tentang jodoh kita, bukannya meminta yang terbaik dalam istikharah kita tetapi benar-benar mendikte Allah: "Pokoknya harus dia Ya Allah! Harus dia, karena aku sangat mencintainya. " Seakan kita jadi yang menentukan segalanya, kita meminta dengan paksa. Dan akhirnya kalau pun Allah memberikannya maka tak selalu itu yang terbaik. Bisa jadi Allah tak mengulurkannya tidak dengan kelembutan, tapi melemparkannya dengan marah karena niat kita yang terkotori.

Maka wahai jiwa yang sedang gundah, dengarkan ini dari Allah:
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kamu. Dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kamu. Allah Maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui." (al-Baqarah: 216)

Maka setelah ini wahai jiwa, jangan kau hanyut dalam nestapa jiwa berkepanjangan terhadap apa-apa yang luput darimu. Setelah ini harus benar-benar dipikirkan bahwa apa-apa yang kita rasa perlu di dunia ini harus benar-benar perlu, bila ada relevansinya dengan harapan kita akan bahagia di akhirat. Karena seorang Mu'min tidak hidup untuk dunia, tetapi menjadikan dunia untuk mencari hidup yang sesungguhnya: hidup di akhirat kelak.

Maka sudahlah, jangan kau tangisi apa yang bukan milikmu!

042508.flykick

042908.karabreath

051308monofin

052008.back

052708.flyfin

060308free


061008.cannonball

061708.aaron


062408.BHpotw

062408.underwatercatch

070108.kara


070808.float


071708.whale

072208.summerleague

072908.flystroke

080508.streamplay

brest

081908.start

082608.finish