NEW UPDATE

JADILAH PEMAAF, JANGAN CUMA BISA MINTA MAAF

˜Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh” (QS al-A’raaf: 199)

“Memaafkan tidaklah menambah apa-apa kepada seorang hamba, kecualai kemuliaan. Oleh sebab itu perbanyaklah kalian memaafkan, niscaya Allah akan memuliakan kalian.” (HR Ibnu Abiddunya).

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan budaya saling meminta maaf karena secara adab ketika kita melakukan kesalahan kepada orang lain sudah sepatutnya kita meminta maaf. Namun sebenarnya ada hal yang lebih penting yaitu saling memaafkan, baik memaafkan orang lain maupun memaafkan diri sendiri.

Memaafkan adalah salah satu sifat mulia yang dianjurkan Al Qur’an ;
Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.
(QS. Asy Syura : 43)

bahkan menjadi salah satu ciri orang beriman ;
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
(QS. Ali Imran : 134).

Walau kadang terhambat gengsi namun meminta maaf itu relatif mudah dan mengatakan ”saya sudah memaafkan” mungkin juga tidak sulit. Namun benar – benar membebaskan diri dari rasa benci, marah dan dendam tidaklah mudah. Padahal disitulah esensi memaafkan. Sikap pemaaf adalah suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Dalam konteks bahasa, memaafkan berarti menghapus luka atau bekas-bekas luka yang ada di dalam hati.Untuk menjadi pemaaf sejati memang butuh sikap ksatria, seperti kata Sherina, ”… setiap manusia di dunia pasti punya kesalahan, hanya yang berjiwa ksatria yang mampu memaafkan…”

Memaafkan Orang Lain ;

Tidak mudah memang menyembuhkan luka batin atau perasaan dan melupakan orang yang sudah menyakiti perasaan kita, Rasa kesal dan kecewa yang begitu menghujam di hati hanya akan menjadi beban yang takkan berbuah kebaikan, malah bisa jadi penyakit. Sebenarnya ketika kita menyadari tak ada manusia yang sempurna (kecuali Rassul) ,dan terlepas dari kesalahan maka tak ada alasan bagi kita untuk tidak memaafkan. Bahkan ketika orang yang berbuat salah kepada kita tidak berubah dari kejahiliyahannya, juga tidak dapat menjadi alasan untuk belum memaafkannya. Tugas kita sekedar mengingatkan bukan memberi hidayah, jangan sampai kejahiliyahan justru tertular ke kita.

Dari Uqbah bin Amir, dia berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Wahai Uqbah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak mau memberimu dan maafkanlah orang yang telah menzhalimimu”
(HR Ahmad, al-Hakim dan al-Baghawy).

Perhatikan kisah Nabi Yusuf yang memaafkan saudaranya yang telah mencoba untuk membunuhnya. Atau Rasulullah SAW yang memaafkan orang yang meludahi dan melempari beliau dengan kotoran. Atau ketika seruan kebaikan beliau dibalas dengan lemparan batu penduduk Thaif sehingga Jibrilpun geram dan hendak menimpakan gunung atas mereka, namun Rasulullah memaafkannya.

Belajar dari kisah diatas, jika kezhaliman yang kita rasakan belum seberapa rasanya tak layak bagi kita untuk tidak memaafkan. Dan bagaimana mungkin kita yang sering berbuat dosa tidak dapat memaafkan orang lain sementara Allah terus memaafkan dosa kita dengan tidak begitu saja mencabut nikmat-Nya. Pemahaman inilah yang kemudian menyadarkan seorang Abu Bakar untuk memaafkan dan tidak melaksanakan sumpah untuk tidak memberi apa-apa kepada kerabatnya yang terlibat dalam menyiarkan berita dusta tentang Aisyah

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,(QS.An Nur : 22).

Sedemikian mulianya sikap memaafkan, tak heran dalam sebuah kisah diceritakan bahwa ada seseorang yang oleh Rasulullah disebut sebagai calon ahli syurga, dan ketika salah seorang shahabat menyelidikinya ternyata amal istimewanya adalah selalu memaafkan, berlapang dada dan tidak menyimpan sedikitpun kedengkian terhadap saudaranya.

Memaafkan Diri Sendiri ;

Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan sebaik-baik orang yang berbuat salah ialah yang menyadari kesalahannya dan memperbaikinya. Ketika kita berbuat salah pada orang lain, kita seharusnya segera meminta maaf pada orang itu. Orang itu kemudian bisa jadi sudah memaafkan, namun kita sendiri kerap masih dibebani rasa bersalah dan belum dapat memaafkan diri sendiri. Menyalahkan diri sendiri jelas bukan solusi bahkan hanya menunjukkan kelemahan kita menyikapi takdir Allah SWT.
Selain meminta maaf, sikap seharusnya dalam menyikapi kesalahan kita adalah dengan tidak mengulangi perbuatan salah tersebut, memperbanyak amal shaleh dan menerima yang telah terjadi sebagai bagian dari skenario Allah SWT.

Nah, yang terakhir ini kadang terlalaikan sehingga tak jarang kita masih dihantui mimpi-mimpi buruk yang membuat kita krisis percaya diri.
Krisis percaya diri sebagai akibat dari sulitnya kita memaafkan diri sendiri ini akan menjadi momok yang menakutkan. Kita akan selalu menganggap diri kita tidak berguna, lemah, bodoh, tidak bisa apa-apa, minder dan lain sebagainya. Kalau sudah seperti ini, kita jadi sensitif, sempit hati, curigaan, gelisah, terlalu mengagungkan orang lain dan berbagai sikap negatif yang hanya merugikan diri sendiri. Bahkan lebih jauh lagi, keadaan ini akan membuat kecenderungan untuk mencari jalan pintas sebagai pelarian yang bisa jadi menimbulkan masalah baru. Yang seharusnya dapat dilakukan adalah berdamai dengan kenyataan tanpa harus melupakan kesalahan yang pernah kita lakukan. Kita memang tidak bisa mengubah yang sudah terlanjur terjadi namun kesempatan untuk membenahi diri itu masih ada dan akan selalu ada.

Kesalahan seharusnya dapat menjadi pengingat agar ke depan dapat lebih baik bukan justru menimbulkan rasa bersalah yang terus menerus, takut berbuat kesalahan lagi dan kehilangan kepercayaan diri. Ketidakmampuan kita untuk memaafkan diri sendiri bisa menjadikan kita terhenti, tidak bisa maju dalam melanjutkan hidup.

Dr. Phil McGraw, psikolog Amerika mengatakan bahwa kita punya pilihan untuk menjadi orang yang menyedihkan karena memikirkan rasa bersalah itu terus menerus atau mengizinkan diri sendiri untuk sembuh dan mencoba menjadi pribadi yang lebih baik. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk berdamai dengan diri sendiri adalah membuka hati dan pikiran, memberi pilihan kepada diri sendiri untuk kembali mencintai, menghadapi rasa bersalah dan coba memahaminya, mengizinkan diri untuk menyembuhkan diri dan membuat suatu hubungan baru. Sudah semestinya kita buang rasa takut atas sesuatu yang belum tentu terjadi. Menatap jauh ke depan karena masih banyak lahan kebaikan yang bisa kita tanami. Jika Allah SWT bisa mengampuni kita, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bisa memafkan diri sendiri. Memaafkan diri sendiri memang tidak mudah, membutuhkan keberanian dan keteguhan hati yang besar serta kadang tidak bisa dilakukan sendiri.

Hasil penelitian dari sejumlah ahli jiwa di seluruh dunia menyimpulkan bahwa orang-orang yang memelihara ’sakit hati’ benar-benar menjadi sakit organ hatinya (lever). Juga telah banyak diketahui bahwa para pasien kanker dan penyakit berat lain bisa mencapai kesembuhan hanya karena melepas amarahnya secara sadar dengan cara memaafkan orang-orang yang membuatnya sakit hati dan memendam amarah yang membuatnya menderita luka batin. Para ilmuwan Amerika telah membuktikan bahwa orang yang mampu memaafkan lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Telah dibuktikan bahwa gejala-gejala kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress, susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini. Dalam bukunya, ’Forgive for Good’, Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres.

Cinta dan memaafkan adalah dua hal yang saling mendukung untuk hidup damai sejahtera, sehat lahir batin. Memaafkan bukanlah sebuah perasaan, tetapi sebentuk tindakan, sebentuk kemauan dari diri seseorang. Kita bisa memaafkan jika kita menghendakinya. Jika tidak, kita sendiri yang akan merasakan konsekuensi dari memelihara ingatan yang membuat kita sempit hati. Memaafkan adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang, Memaafkan adalah suatu karunia terindah dalam hidup seseorang, baik memaafkan diri sendiri maupun memaafkan orang lain, walau tidak banyak di antara kita mampu melakukannya dengan mudah.

Saudaraku,marilah kita pupuk budaya saling meminta maaf dan memaafkan,..??

Berpuasa di Bulan Sya'ban

Terdapat suatu amalan yang dapat dilakukan di bulan ini yaitu amalan puasa. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri banyak berpuasa ketika bulan Sya’ban dibanding bulan-bulan lainnya selain puasa wajib di bulan Ramadhan.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan,

لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156)
Dalam lafazh Muslim, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,

كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً.

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya. Namun beliau berpuasa hanya sedikit hari saja.” (HR. Muslim no. 1156)

Dari Ummu Salamah, beliau mengatakan,

أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلاَّ شَعْبَانَ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ.

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam setahun tidak berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Sya’ban, lalu dilanjutkan dengan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Lalu apa yang dimaksud dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya (Kaana yashumu sya’ban kullahu)? Asy Syaukani mengatakan, “Riwayat-riwayat ini bisa dikompromikan dengan kita katakan bahwa yang dimaksud dengan kata “kullu” (seluruhnya) di situ adalah kebanyakannya (mayoritasnya). Alasannya, sebagaimana dinukil oleh At Tirmidzi dari Ibnul Mubarrok. Beliau mengatakan bahwa boleh dalam bahasa Arab disebut berpuasa pada kebanyakan hari dalam satu bulan dengan dikatakan berpuasa pada seluruh bulan.” (Nailul Author, 7/148). Jadi, yang dimaksud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di seluruh hari bulan Sya’ban adalah berpuasa di mayoritas harinya.

Lalu Kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak puasa penuh di bulan Sya’ban? An Nawawi rahimahullah menuturkan bahwa para ulama mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyempurnakan berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan agar tidak disangka puasa selain Ramadhan adalah wajib. ”(Syarh Muslim, 4/161).

Di antara rahasia kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak berpuasa di bulan Sya’ban adalah karena puasa Sya’ban adalah ibarat ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib). Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah puasa Sya’ban. Karena puasa di bulan Sya’ban sangat dekat dengan puasa Ramadhan, maka puasa tersebut memiliki keutamaan. Dan puasa ini bisa menyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab, 233).

Hikmah di balik puasa Sya’ban adalah:

1. Bulan Sya’ban adalah bulan tempat manusia lalai. Karena mereka sudah terhanyut dengan istimewanya bulan Rajab (yang termasuk bulan Harom) dan juga menanti bulan sesudahnya yaitu bulan Ramadhan. Tatkalah manusia lalai, inilah keutamaan melakukan amalan puasa ketika itu. Sebagaimana seseorang yang berdzikir di tempat orang-orang yang begitu lalai dari mengingat Allah -seperti ketika di pasar-, maka dzikir ketika itu adalah amalan yang sangat istimewa. Abu Sholeh mengatakan, “Sesungguhnya Allah tertawa melihat orang yang masih sempat berdzikir di pasar. Kenapa demikian? Karena pasar adalah tempatnya orang-orang lalai dari mengingat Allah.”

2. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa setiap bulannya sebanyak tiga hari. Terkadang beliau menunda puasa tersebut hingga beliau mengumpulkannya pada bulan Sya’ban. Jadi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki bulan Sya’ban sedangkan di bulan-bulan sebelumnya beliau tidak melakukan beberapa puasa sunnah, maka beliau mengqodho’nya ketika itu. Sehingga puasa sunnah beliau menjadi sempurna sebelum memasuki bulan Ramadhan berikutnya.

3. Puasa di bulan Sya’ban adalah sebagai latihan atau pemanasan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Jika seseorang sudah terbiasa berpuasa sebelum puasa Ramadhan, tentu dia akan lebih kuat dan lebih bersemangat untuk melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, hal. 234-243)

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan kita mengikuti suri tauladan kita untuk memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Semoga dengan melakukan hal ini kita termasuk orang yang mendapat keutamaan yang disebutkan dalam hadits qudsi berikut.

وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ

“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari no. 2506).

Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan orang seperti ini keutamaan dengan mustajabnya (terkabulnya) do’a. (Faedah dari Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad)

Disiplin Sholat Lima Waktu

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sholat Dzuhur di waktu tengah hari (matahari sudah tergelincir), sholat Ashar ketika matahari masih hidup (panas), sholat Maghrib ketika matahari benar-benar telah tenggelam, beliau mengawalkan Isya ketika jamaah sudah banyak, ketika mereka masih sedikit, beliau mengakhirkannya, dan beliau sholat Subuh ketika masih gelap. (HR. Imam Bukhari)


Sholat merupakan amalan manusia yang paling pertama ditanyakan oleh Allah swt ketika di pengadilan akhirat nanti. Barangsiapa yang sholatnya dikerjakan dengan baik maka beruntunglah dia, dan sebaliknya, barangsiapa yang sholatnya dinilai kurang, maka kekurangannya hanya bisa ditutup bila ia memiliki amalan sholat sunnah.

“Sesungguhnya hal pertama yang diperhitungkan dari seorang hamba Allah ta’aala pada hari kiamat ialah sholatnya. Jika didapati ia sempurna maka ia dicatat sebagai sempurna. Jika didapati terdapat kekurangan, maka dikatakan ”Coba lihat adakah ia memiliki sholat sunnah yang dapat melengkapi sholat wajibnya?” Kemudian segenap amal perbuatannya yang lain diproses sebagaimana sholatnya. (HR AnNasai)

Disiplin sholat lima waktu adalah salah satu ciri orang yang bertakwa, setiap adzan berkumandang maka ia segera mengambil air wudhu dan memenuhi panggilan Allah swt tersebut. Menegakkan sholat fardhu tepat pada waktunya merupakan perintah Allah swt, dicontohkan pula oleh Nabi Muhammad saw.

Disiplin sholat lima waktu yaitu mengerjakan sholat wajib tepat pada waktunya. Allah swt mencintai hamba-Nya yang mengerjakan sholat tepat pada waktunya, serta menghapuskan dosa-dosanya. Rasulullah saw bersabda: “Seorang muslim bila berwudhu dan ia baguskan wudhunya kemudian ia sholat lima waktu, maka berguguranlah kesalahannya seperti bergugurannya daun ini.” Kemudian beliau membaca ayat sebagai berikut: “Tegakkanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”. (HR .Thabrani)

Disiplin sholat lima waktu yang sesuai dengan syariat yaitu bukanlah sholat di awal waktunya, melainkan tepat pada waktunya. Karena, di antara sholat wajib ada yang disunnahkan untuk diawalkan dan ada yang disunnahkan untuk diakhirnya. Hal tersebut dikarenakan ada sebabnya.

Sholat yang baik dikerjakan diawal yaitu sholat Subuh, Dzuhur, Ashar, dan Maghrib dikarenakan waktunya yang tidak terlalu panjang, terkecuali ada sebab lain. Misalnya saja waktu sholat Dzuhur yang biasanya panas terik, melaksanakannya lebih baik diakhir hingga cuaca tidak terlalu panas. Rasulullah saw bersabda: “Apabila hari sangat panas, maka tangguhkanlah sholat karena sesungguhnya panas yang menyengat itu termasuk dari bahan api neraka jahanam.” (HR. Bukhari)

Sedangkan sholat yang baik dikerjakan diakhirnya yaitu sholat Isya. Sholat isya disunnahkan untuk diakhirkan hingga sepertiga malam. Waktu sepertiga malam itulah yang paling baik untuk mengerjakan sholat malam, baik sholat wajib (Isya) maupun sholat sunnah (tahajud, witir, dan lain-lain). Namun untuk batas akhir waktu sholat Isya adalah separuh malam pertengahan. Maka disunnahkan untuk mengerjakan sholat Isya pada waktu sepertiga malam yang pertama. Nabi Muhammad saw bersabda: “Waktu shalat Isya hingga separuh malam pertengahan…” (HR. Muslim)

Sedangkan dalam hadits lainnya berbunyi; “Dan sholat Isya lah diantara kamu di sepertiga malam. Jika kamu akhirkan maka hingga separuh malam dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai" (Diriwayatkan oleh Malik, Ath-Thahawi dan Ibnu Hazm dengan sanad shahih).

Meninggalkan sholat fardhu dengan sengaja merupakan sebuah dosa besar. Apalagi bila dilakukan dengan sengaja, bisa menyebabkan orang yang meninggalkan sholat tersebut terjerumus pada musyrik dan kufur. Nabi Muhammad saw bersabda, “Sesungguhnya antara seorang lelaki dan kemusyrikan serta kekufuran ialah meninggalkan sholat.” (HR. Muslim)

Dari Ummu Aiman ra bahwa sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Jangan kamu tinggalkan sholat dengan sengaja. Karena sesungguhnya barangsiapa meninggalkan sholat dengan sengaja maka sungguh lepaslah darinya perlindungan Allah ta’aala dan Rasul-Nya.”(HR. Ahmad)

Displin dalam mengerjakan sholat lima waktu akan membawa kita kepada keridhoan Allah swt. Oleh karena itu, sedapat mungkin bagi kita untuk selalu mgenrjakan sholat tepat pada waktunya. Allah swt selalu memberikan kita kenikmatan, mengabulkan doa dan keinginan kita setiap saat, maka apa salahnya bila kita mengerjakan perintah-Nya dengan taat?

Dialog Allah SWT Dengan Malaikat Jibril

Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala, Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.

Coba kita renungkan beberapa peranyaan berikut. Pertama, pernahkah kita merasa berat atau malas ketika hendak melaksanakan sholat? Mungkin jawabannya adalah “Pernah”. Lalu, pernahkah kita meninggalkan sholat fardhu yang diwajibkan kepada seluruh umat Islam yang telah baligh? Jawabannya mungkin “Pernah”, atau bahkan mungkin “Sering”. Dan yang ketiga adalah pernahkah kita memikirkan apa yang telah Allah swt siapkan sebagai imbalan atas ibadah sholat kita? Mungkin jawabannya adalah “Jarang”, atau bahkan mungkin “Tidak pernah”.

Sebenarnya, sholat itu bukanlah perkara yang berat untuk dikerjakan. Untuk mengerjakan sholat, seseorang tidak harus membanting tulang dan atau memeras keringat terlebih dahulu. Mengerjakan sholat juga tidak harus menyiapkan waktu yang panjang. Intinya, mengerjakan sholat itu bukanlah sebuah pekerjaan yang akan melelahkan atau menyedot sebagian atau seluruh energi kita. Justru dengan sholat inilah, jiwa dan raga kita yang telah letih karena seharian bekerja akan beristirahat dan mengumpulkan energinya kembali. Dengan sholat, pikiran yang kusut akan kembali fresh.

Aneh rasanya, jika kita telah mengetahui bahwa sholat adalah salah satu ibadah wajib yang diperintahkan oleh Allah swt namun kita berani meninggalkannya. Seandainya saja semua manusia itu mengerti bahwa perintah sholat adalah perintah yang akan memberikannya ganjaran yang tidak terkira besarnya, niscaya mereka akan sangat menyesal karena telah mengabaikan atau meremehkan perintah sholat ini.

Sesungguhnya, tidaklah Allah swt menciptakan sesuatu atau menetapkan sesuatu melainkan dengan alasan atau tujuan yang haq. Alasan atau tujuan yang dapat secara langsung di inderai, maupun alasan atau tujuan yang tidak bisa dicapai oleh logika manusia, yang menjadi rahasia Allah swt dan akan diberikan hanya kepada umat-Nya yang senantiasa menunaikan ibadah sholat dengan ikhlas dan khusyuk.

Salah satu rahasia Allah swt mengenai ibadah sholat adalah ketika Allah swt selesai menciptakan malaikat Jibril dengan bentuk yang cantik, dan Allah swt menciptakan pula baginya 600 sayap yang panjang , sayap itu antara timur dan barat (pendapat lain menyatakan 124, 000 sayap). Setelah memandangi dirinya yang tampak begitu indah dan sempurna, maka malaikat Jibril pun berkata kepada Allah swt:

"Wahai Rabb-ku, apakah Engkau menciptakan makhluk lain yang lebih baik daripada aku?."

Kemudian Allah swt pun menjawab pertanyaan malaikat Jibril, "Tidak"

Mendengar jawaban Allah swt, maka malaikat Jibril pun berdiri dan melakukan shoalt dua rakaat untuk bersyukur kepada Allah swt. Pada setiap rakaat sholat yang dikerjakan oleh malaikat Jibril menghabiskan masa selama 20.000 tahun lamanya.

Setelah malaikat Jibril selesai melaksanakan sholatnya, kemudian Allah swt pun berfirman kepadanya, “Wahai Jibril, kamu telah menyembah Aku dengan ibadah yang bersungguh-sungguh, dan tidak ada seorang pun yang menyembah kepada-Ku seperti ibadah yang kamu lakukan, akan tetapi di akhir zaman nanti akan datang seorang nabi yang mulia, yang paling Aku cintai, ia bernama Muhammad. Dia mempunyai umat yang lemah dan sentiasa berdosa. Seandainya mereka mengerjakan sholat dua rakaat walau hanya sebentar, dan dalam keadaan lupa serta serba kurang, dengan pikiran yang melayang-layang dan dosa merekapun besar, maka demi kumuliaan-Ku dan ketinggigan-Ku, sesungguhnya sholat mereka itu lebih Aku sukai daripada sholatmu. Hal tersebut karena mereka telah mengerjakan sholat itu atas perintah-Ku sedangkan sholat kamu bukan atas perintah-Ku”.

Setelah mendengar hal tersebut, Jibril pun kembali bertanya kepada Allah swt: "Ya Rabb-ku, apakah yang Engkau berikan kepada mereka sebagai ganjaran atas ibadah mereka kepada-Mu?"

Maka Allah swt berfirman yang artinya, "Ya Jibril, akan Aku berikan surga Ma'’waa sebagai tempat tinggal mereka...". Malaikat Jibril kemudian meminta izin kepada Allah swt untuk melihat surga Ma’wa tersebut.

Setelah Allah swt memberikan izin kepadanya, maka malaikat Jibril pun langsung mengembangkan sayapnya dan terbang menuju surga Ma’wa tersebut. Satu kepakan sayap malaikat Jibril adalah sama dengan jarak perjalanan selama 3000 tahun. Dan terbanglah malaikat Jibril selama 300 tahun perjalanan. Setelah menempuh 300 tahun perjalanan, malaikat Jibril akhirnya kelelahan dan turun untuk singgah dan berteduh di bawah sebuah pohon. Di sana ia bersujud kepada Allah swt seraya berkata: "Ya Rabb-ku, apakah aku telah menempuh setengah, atau sepertiga, atau seperempat dari perjalanan menuju surga Ma’wa?".

Maka Allah swt pun berfirman, "Wahai Jibril, meskipun kamu mampu terbang selama 3000 tahun dan meskipun Aku memberikan kekuatan kepadamu seperti kekuatan yang engkau miliki, lalu kamu terbang seperti yang telah kamu lakukan, niscaya kamu tidak akan sampai kepada sepersepuluh dari beberapa perpuluhan yang telah kuberikan kepada umat Muhammad terhadap imbalan solat dua rakaat yang mereka kerjakan....."

Subhanallah…

Betapa Allah swt telah mempersiapkan bingkisan yang sangat indah dan bernilai tinggi bagi orang-orang yang senantiasa mengerjakan sholat dan beribadah hanya kepada-Nya saja. Bahkan malaikat sebagai makhluk yang paling taat pun tidak dapat melihat atau mencapainya. Betapa bodoh dan hinanya kita yang telah menyepelekan perintah sholat, yang di dalamnya terdapat nikmat yang sangat luar biasa.

Melalui artikel ini, semoga dapat membukakan hati kita untuk senantiasa menunaikan ibadah sholat dan ibadah-ibadah lainnya dengan tulus dan ikhlas. Karena sebagaimana halnya sholat, dibalik seluruh perintah Allah swt dan seluruh ibadah kepada-Nya pastilah tersimpan rahasia besar yang insya Allah akan membawa kita kepada kemuliaan di dunia dan di akhirat.

Perbanyak Puasa Sunnah di Bulan Sya'ban

Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala, Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, saat ini kita telah berada di bulan Sya’ban, kemudian akan segera menyongsong bulan suci Ramadhan. Oleh karena itu, semoga kita bisa lebih meningkatkan ibadah baik yang wajib maupun sunnah.

Keutamaan bulan Sya’ban berdasarkan sabda Rasulullah saw: “Bulan Sya’ban itu bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadhan. Ia adalah bulan diangkatnya amal-amal oleh Tuhan. Aku menginginkan saat diangkat amalku aku dalam keadaan sedang berpuasa.” (HR Nasa’I dari Usamah)

Terdapat suatu amalan yang dapat dilakukan di bulan ini yaitu amalan puasa. Bahkan Nabi Muhammad sendiri banyak berpuasa ketika bulan Sya’ban dibanding bulan-bulan lainnya selain puasa wajib di bulan Ramadhan.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Ummu Salamah, beliau mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam setahun tidak berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Sya’ban, lalu dilanjutkan dengan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Di antara rahasia kenapa Nabi Muhammad saw banyak berpuasa di bulan Sya’ban adalah karena puasa Sya’ban adalah ibarat ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib). Sebagaimana sholat rawatib adalah sholat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi sholat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah puasa Sya’ban. Karena puasa di bulan Sya’ban sangat dekat dengan puasa Ramadhan, maka puasa tersebut memiliki keutamaan. Dan puasa ini bisa menyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan.

Hikmah di balik puasa Sya’ban adalah:
Bulan Sya’ban adalah bulan tempat manusia lalai. Karena mereka sudah terhanyut dengan istimewanya bulan Rajab (yang termasuk bulan Harom) dan juga menanti bulan sesudahnya yaitu bulan Ramadhan. Tatkala manusia lalai, inilah keutamaan melakukan amalan puasa ketika itu. Sebagaimana seseorang yang berdzikir di tempat orang-orang yang begitu lalai dari mengingat Allah -seperti ketika di pasar-, maka dzikir ketika itu adalah amalan yang sangat istimewa. Abu Sholeh mengatakan, “Sesungguhnya Allah tertawa melihat orang yang masih sempat berdzikir di pasar. Kenapa demikian? Karena pasar adalah tempatnya orang-orang lalai dari mengingat Allah.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa setiap bulannya sebanyak tiga hari. Terkadang beliau menunda puasa tersebut hingga beliau mengumpulkannya pada bulan Sya’ban. Jadi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki bulan Sya’ban sedangkan di bulan-bulan sebelumnya beliau tidak melakukan beberapa puasa sunnah, maka beliau mengqodho’nya ketika itu. Sehingga puasa sunnah beliau menjadi sempurna sebelum memasuki bulan Ramadhan berikutnya.
Puasa di bulan Sya’ban adalah sebagai latihan atau pemanasan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Jika seseorang sudah terbiasa berpuasa sebelum puasa Ramadhan, tentu dia akan lebih kuat dan lebih bersemangat untuk melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan.


Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan kita mengikuti suri tauladan kita untuk memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Semoga dengan melakukan hal ini kita termasuk orang yang mendapat keutamaan yang disebutkan dalam hadits qudsi berikut. “Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari).

Macam-Macam Metode Pembelajaran

Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Metode ceramah.
Dalam metode ceramah proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru umumnya didominasi dengan cara ceramah.

Dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar (TIK), ada beberapa motode yang umum digunakan, diantaranya adalah :

a. Metode Tanya jawab

Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut. Metoda Tanya Jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik.

b. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.

Jika metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa tekanan.

c. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda.

Agar pemberian tugas dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka: 1) tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa, 2) hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa dari satu kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari kelompok yang lain atau oleh guru yang bersangkutan, serta 3) di akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat.

d. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya. Di dalam TIK, percobaan banyak dilakukan pada pendekatan pembelajaran analisis sistem terhadap produk teknik atau bahan.

Percobaan dapat dilakukan melalui kegiatan individual atau kelompok. Hal ini tergantung dari tujuan dan makna percobaan atau jumlah alat yang tersedia. Percobaan ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, bila alat yang tersedia hanya satu atau dua perangkat saja.

e. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan.

Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terus-menerus dan berulang-ulang oleh siswa.

f. Metode Tutorial/Bimbingan

Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang dilakukan melalui proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru kepada siswa baik secara perorangan atau kelompok kecil siswa. Disamping metoda yang lain, dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar, metoda ini banyak sekali digunakan, khususnya pada saat siswa sudah terlibat dalam kerja kelompok.

Peran guru sebagi fasilitator, moderator, motivator dan pembimbing sangat dibutuhkan oleh siswa untuk mendampingi mereka membahas dan menyelesaikan tugas-tugasnya

Penyelenggaraan metoda tutorial dapat dilakukan seperti contoh berikut ini:

- Misalkan sebuah kelas dalam bahan ajar Pengerjaan Kayu 2, jam pelajaran pertama digunakan dalam bentuk kegiatan klasikal untuk menjelaskan secara umum tentang teori dan prinsip.

- Kemudian para siswa dibagi menjadi empat kelompok untuk membahas pokok bahasan yang berbeda, selanjutnya dilakukan rotasi antar kelompok.

- Sementara para siswa mempelajari maupun mengerjakan tugas-tugas, guru berkeliling diantara para siswa, mendengar, menjelaskan teori, dan membimbing mereka untuk memecahkan problemanya.

- Dengan bantuan guru, para siswa memperoleh kebiasaan tentang bagaimana mencari informasi yang diperlukan, belajar sendiri dan berfikir sendiri.

Perhatian guru dapat diberikan lebih intensif kepada siswa yang sedang mengoperasikan alat-alat yang belum biasa digunakan.